A. Sejarah Singkat SVD, Visi- Misi dan Spiritualitas
Serikat Sabda Allah (SVD)
didirikan pada tanggal 8 September 1875 di Steyl (Belanda) oleh St. Arnoldus
Janssen yang lahir pada tanggal 5 November 1837 di Goch (Jerman) dan
ditahbiskan imam tahun 1861. Arnoldus Janssen
seorang imam projo dari Keuskupan Muenster (Jerman) mendirikan tiga
Kongregasi Misi. Pada tahun 1875, Arnoldus mendirikan sebuah rumah misi di Steyl, perbatasan Belanda – Jerman yang
menjadi rumah atau biara induk SVD atau yang akrab dikenal Serikat Sabda Allah,
sebuah serikat biarawan misioner yang beranggotakan imam dan bruder. Menyusul
pada tanggal 8 Desember 1889 di Steyl, Arnoldus mendirikan serikat biarawati
Abdi-Abdi Roh Kudus (SSpS = Congregatio
Servarum Spiritus Sancti) dan di kota yang sama pada tanggal 8 Desember
1896 ia mendirikan serikat biarawati Abdi-Abdi Roh Kudus Penyembahan Abadi
(SSpS Ap = Congregatio Servarum Spiritus
Sancti de Adoratione Perpetua).
Ada pun Visi SVD adalah : ”Mengambil bagian dalam misi Allah (Missio Dei) untuk membangun Kerajaan
Allah dalam misi sebagai dialog profetis, yang
menjangkau semua orang dengan penuh cinta dan penghargaan terhadap
martabat manusia dan mengupayakan keadilan dan perdamaian bagi semua orang.”
Sedangkan Misinya adalah : 1). Mengupayakan perwujudan Kerajaan Allah dalam
semangat dialog dengan prioritas empat partner dialog yaitu : a). Dialog dengan
orang miskin dan terpinggirkan, b). Dialog dengan orang dari berbagai budaya
lain, c). Dialog dengan orang dari berbagai agama lain, d). Dialog dengan para
pencari iman dan penganut ideologi sekuler. 2). Memberi warna pada misi sebagai
dialog dalam koridor matra-matra khas SVD yakni : Kitab Suci (Biblical Word), Komunikasi (Communicating Word), Animasi Misi (Animating Word) serta Keadilan,
Perdamaian dan Keutuhan Ciptaan (Prophetic
Word).
Serikat Sabda Allah memiliki Spiritualitas khusus warisan dari Arnoldus Janssen, sebagai semangat dasar dan sumber kekuatan dalam menjalankan seluruh
karya misinya. Spiritualitas SVD meliputi : Pertama, Spiritualitas Triniter : Kasih kepada Allah Tritunggal menjadi
dasar hidup dan kekuatan bagi kerasulan SVD. Inilah sari pati dari kekuatan
guna membantu semua orang, dan anggotanya untuk memperoleh pemenuhan martabat
manusia, yakni dalam mengambil bagian dalam hidup komunitas Allah Tritunggal
dalam hubungan yang mesra dengan semua
manusia dalam Allah Tritunggal. Hal ini diwujudkan dalam semangat hidup
berkomunitas, persaudaraan dan internasionalitas. Kedua, Spiritualitas Misoner.
Sebagaimana Bapa mengutus Putera, dan Bapa serta Putera mengutus Roh Kudus,
demikian juga SVD ingin mengambil bagian dalam tugas perutusan, mewartakan
Sabda Allah sebagai sorang misionaris. Ketiga,
Spiritualitas Passing Over, dimana
setiap misonaris rela dan berani untuk meninggalkan kemapanan diri yang
eksklusif degan orang dan budaya lain dalam melaksanakan karya misionernya.
Di Steyl Arnold Janssen
membentuk tenaga-tenaga imam, bruder dan suster untuk karya misi. Yang menjadi
latar belakang didirikannya persekutuan misoner itu, selain katerbukaan Arnold
Janssen kepada Roh Kudus menjawabi kebutuhan bangsa lain, dia pun tanggap pada
situasi bangsa sendiri yang belum punya kotribusi pada pembinaan kader bagi
tanah misi. Upayanya untuk mengirim misionaris
ke tanah misi dirangkum dalam semboyannya : ” Di hadapan terang Sabda Allah dan
Roh pemberi karunia, lenyaplah kegelapan dosa dan kebutuaan manusia tak
beriman. Dan semoga hati Yesus hidup dalam hati semua mansuai ”.
Sasaran misi pertama SVD adalah
Cina. Pada tanggal 2 Maret 1879, P. Yosef Freinademetz diutus sebagai misonaris
SVD pertama ke Puoli, Shantung Selatan – Cina. Arnold Janssen juga mengutus hampir
800 orang tenaga misionaris ke daerah-daerah misi seperti, Togo, PNG, Jepang,
Filipina, Argentina, Brasilia, Chile, dan Amerika Utara. Pada saat Arnold Janssen
wafat, 15 Januari 1909, serikat-serikat misi yang didirikannya mencatat anggota
sebanyak 430 imam, 660 bruder, 236 mahasiswa biarawan, hampir 600 suster SSpS
misionaris aktif dan 35 suster SSpS Adorasi Abadi. Dewasa ini, SVD telah merentangkan sayapnya ke lima benua yaitu Asia, Australia, Amerika,
Afrika, Eropa dan kini SVD sudah bekerja di 66 negara.
B. SVD di Indonesia
1. Konteks Awal Misi di Indonesia
Pada tahun 1913 para misionaris
SVD mengambil alih daerah misi, yang pada waktu itu disebut Kepulauan Sunda
Kecil, mulai dari Bali sampai ke bagian barat pulau Timor. Para Pater Jesuit (SJ) menyerahkan
seluruhnya kepada SVD, kecuali pulau Flores yang ingin dipertahankan terus
sebagai wilayah kerja mereka. Tetapi dalam tahun 1914 dengan berat hati Flores
diserahkan juga kepada SVD.
Ketiga misionaris SVD pertama
yang datang ke wilayah misi ini, yang waktu itu termasuk wilayah jajahan Hindia
Belanda yakni P. Petrus Noyen yang datang dari Cina, P. Arnoldus Verstraelen
dari Togo dan P. Fransiskus de Lange dari Amerika Serikat. Ketiganya warga
negara Belanda. Dua orang Jerman datang bergabung dengan mereka, kemudian
menyusul seorang bruder Jerman dan dua orang bruder Belanda, salah seorang dari
keduanya itu datang dari Papua Nugini. Dengan demikian SVD dengan latar
belakang misioner yang sama sekali berlainan ditugaskan memulai karya misi baru
di negeri ini.
Dalam perkembangan
selanjutnya, dengan kearifan yang tinggi dan pandangan jauh ke depan Mgr.
Petrus Noyen, Prefek Apostolik Kepulauan Sunda Kecil, memilih Ende sebagai
pusat misi. Ia memindahkan kedudukannya dan juga pusat misi dari Timor ke Ndona
– Ende, Flores. Dari sinilah
Mgr. Noyen mengendalikan seluruh
kegiatan misi SVD di Indonesia. Mgr. Noyen meninggal pada tahun 1921 ketika
sedang mengikuti Kapitel Jenderal di Steyl. Beliau digantikan oleh Mgr.
Verstraelen yang mampu memperluas wilyah misi
lebih jauh lagi dengan bantuan tenaga-tenaga misionaris baru. Beliau
meninggal dunia akibat kecelakaan mobil sesudah bertugas sepuluh tahun sebagai
Vikaris Apostolik. Sebagai penggantinya diangkat P. Hendrikus Leven, SVD yang
memimpin wilayah misi ini dari tahun 1933 sampai 1951, ketika Flores menjadi
tiga Keuskupan.
Dalam waktu yang begitu
singkat, dibawah asuhan imam-imam SVD Gereja bertumbuh dengan cepat.
Pertumbuhan dan perkembangan misi tersebut tentu saja tidak terlepas dari
rintisan awal dari warisan para imam Jesuit terutama melalui sekolah-sekolah.
Melalui sekolah-sekolah inilah Gereja berkembang. Pada tahun 1941, uskup
mentahbiskan dua orang imam pribumi pertama, keduanya anggota SVD dan tahun
1942/1943 tiga orang lagi ditahbiskan menjadi imam.
2.
Karya Khas SVD
Misi SVD di Nusa Tenggara
(Flores, Timor, Bali) berkembang sesuai dengan kharisma serikat. Selain
menangani pastoral parokial ( yang didukung
dengan karya-karya khas SVD seperti, Kitab Suci, Animasi Misi, JPIC,
Komunikasi) dan kategorial (kaum
muda, keluarga), SVD pun mengembangkan kerasulan media dengan dukungan percetakan
Arnoldus Ende yang didirikan pada tahun 1926. Banyak buku yang dihasilkan dari
percetakan Arnoldus seperti, Kitab Suci, buku katekismus katolik, buku doa,
seri dokumen gereja, buku nyanyian, buku misa, buk ofisi, buku pelajaran agama, majalah Kunang-kunang, dan Dian.
SVD
juga berkarya di dunia pendidikan dengan membangun beberapa Seminari Menengah
seperti, Seminari Mataloko, Seminari Hokeng, Seminari Kisol, Seminari Labuan
Bajo, Seminari Lalian dan Seminari Tuka
– Bali, yang kemudian semuanya diserahkan
kepada Keuskupan. Sedangkan
sekolah-sekolah yang dibangun dan tetap dikelolah sebagai milik SVD yakni,
SMA Syuradikara - Ende, STM Larantuka- Flores Timur, STM Nenuk - Timor, SMP – SMA Arnoldus Labuan
Bajo – Flores Barat, Sekolah SOVERDI (TK, SD, SMP, SMA) di Bali. SVD juga memprakarsai
berdirinya Univeritas Widya Mandira Kupang dengan dukungan para uskup se – Nusa
Tenggara dan beberapa awam katolik.
Disamping berkarya di bidang
pendidikan formal, SVD juga berkarya di
bidang pendidikan non formal dengan mendirikan perbengkelan kayu dan besi untuk
mendidik para pemuda kampung menjadi tukang. Selama dalam pembinaan, para siswa
pertukangan pun mendapat pendidikan dasar katekese, liturgi dasar, Kitab Suci, sehingga setelah tamat dan
kembali ke kampung - kampung mereka dapat menjadi kader penggerak umat basis.
3. Mengembangkan sayap ke Keuskupan lain
Setelah empat puluh tahun SVD
berkarya pada enam Keuskupan di Nusa Tenggara ada permintaan dari berbagai
Keuskupan lain yakni : Jakarta, Surabaya, Malang, Samarinda, Palangka Raya,
Pontianak, Sanggau, Sorong, Jayapura, Amboina, Medan, Sibolga dan Pangkal Pinang. Untuk
memenuhi permintaan-permintaan ini, keempat Provinsi SVD di Indonesia yakni, Ende, Ruteng, Timor, dan Jawa, senantiasa bersedia membenum (mengirim)
anggotanya atas persetujuan Dewan General SVD di Roma.
Permintaan untuk para
misionaris SVD Indonesia, tidak hanya datang dari dalam negeri tetapi juga dari luar
negeri. Permintaan yang begitu banyak, ternyata berimbang dengan jumlah
panggilan menjadi anggota SVD (frater dan bruder). Perkembangan ini didukung oleh enam
Seminari Menengah yang ada di Timor (Lalian dan Kupang) dan di Flores
(Mataloko, Hokeng, Kisol, Labuan Bajo). Calon frater dan bruder SVD mula-mula dibimbing di Novisiat Kuwu –
Manggarai, Novisiat Nenuk – Timor setelah itu yang frater
melanjutkan studinya di STFT Ledalero - Maumere - Flores. Sedangkan yang
calon bruder melanjutkan pembinaan di Ende sebelum mengambil spesialisasi
tertentu di Perguruan Tinggi.
Tahun 1979 SVD mulai membuka
Novisiat di Batu – Malang. Dengan adanya
Novisiat dan Seminari Tinggi SVD di Jawa ini,
banyak calon pun datang dari
Jawa, Sumatera, Nias, dan Kalimantan. Para calon ini dibimbing di Postulat
Malang dan Novisiat Batu sebelum melanjutkan
studinya di STF Malang.
Bertambahnya calon seminaris
baik di Seminari Tinggi Ledalero maupun Seminari Tinggi Malang, memungkinkan jumlah tahbisan imam dan kaul
kekal bruder semakin banyak. Karena itu sampai
saat ini SVD sudah melayani hampir di semua pulau di dalam negeri, kecuali di Sulawesi. SVD Indonesia juga telah mengirim sekitar 350 misionaris (pastor
– bruder) ke Afrika, Amerika Latin, Australia, Amerika, Eropa, Jepang, Filipina, Taiwan, Hongkong, PNG,
Thailand, Timor Leste, dsb. ** (Fritz Meko, SVD)